Jumat, 09 September 2011

IMPLEMENTASI BUDIDAYA TANAMAN SECARA VERTIKULTUR DALAM PEMBELAJARAN VOKASIONAL ANAK TUNAGRAHITA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pertanian di daerah Bandung Utara  sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian di daerah Bandung Utara telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas dikarenakan lahan pertanian yang semakin sempit, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Walapun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor.
Selain menyempitnya lahan pertanian yang ada didaerah Bandung Utara, juga animo masyarakat khususnya generasi muda untuk belajar pertanian, menurun drastis. fenomena itu terlihat dengan semakin sedikitnya generasi muda yang memilih menjadi petani sebagai profesi yang membanggakan. Generasi muda lebih memilih pekerjaan-pekerjaan non formal lainnya, seperti bekerja di pabrik, dan tidak sedikit generasi muda yang memilih pekerjaan sebagai tukang ojek sebagai sandaran hidupnya.  Pertanyaan itu menjadi penting sebab jika fenomena itu terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan 5 sampai 10 tahun ke depan pembangunan pertanian akan terhenti lantaran tidak ada motor penggerak dan tulang punggung yang menopangnya. Itu artinya sebutan bangsa agraris tidak akan menjadi milik kita, lantaran tamatnya dunia pertanian.
Menurut Collier (Desiliyarni, 2005:30), “generasi muda di perdesaan enggan bertani”. Bagi mereka, menjadi petani sama halnya menjadi rakyat kelas bawah. Apalagi dengan adanya stigma miring tentang dunia pertanian yang sudah terbentuk selama berabad-abad lamanya; sebagai usaha kecil yang kumuh, penuh risiko, dan keuntungan amat kecil. Pelakunya juga tidak berdasi, bermobil, atau memiliki kantor megah
Sebelum dunia pertanian mengalami masa-masa suram, pemerintah bersama stakeholder perlu segera mengeluarkan kebijakan dan langkah-langkah strategis. Adapun langkah-langkah strategis itu meliputi, pertama, memperbaiki citra dunia pertanian terutama dikalangan pendidikan, mengenalkan pertanian kepada anak-anak mulai anak SD sampai pada perguruan tinggi, dengan terlebih dahulu menanamkan pengertian pada generasi muda bahwa dunia pertanian tidak identik dengan kelas bawah yang kumuh dan terhina. Pertanian bukan sekadar rutinitas mencangkul dan menjadi petani tidak harus miskin. Jika dikelola secara profesional dan komersial, pertanian akan menjadi pekerjaan bergengsi, selain sebagai sektor usaha yang strategis.
Mengenalkan prospek usaha tani kepada anak sekolah merupakan langkah yang tepat untuk membuka cakrawala berfikir generasi muda bahwa dunia pertanian merupakan sebuah profesi terhormat dan membanggakan. Tidak terkecuali memperkenalkan dunia pertanian kepada anak-anak berkebutuhan khusus, anak tunagrahita  sebagai bagian dari anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dimiliki menjadi tenaga kerja semi skilled seperti pekerjaan laundry, peternakan, pertanian pekerjaan rumahtangga, bahkan jika dibimbing dengan baik dapat bekerja di pabrik pabrik dengan sedikit pengawasan.
Guna menarik animo dan antusiasme anak tunagrahita dalam bidang pertanian harus ada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dan menarik yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan  karakteristik dari anak tunagrahita, misalnya memperkenalkan budidaya pertanian dengan teknik vertikultur, teknik budidaya pertanian ini sangat cocok dilatihkan kepada anak tunagrahita karena selain tidak memerlukan lahan pertanian yang luas juga tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 
Pendidikan pertanian dengan teknik vertikultur memang harus dihidupkan dalam pembelajran anak tunagrahita yang dalam keseharian berada pada lingkungan pertanian, demi mewujudkan kemandirian masa depan mereka dan ketahanan pangan kita. Upaya itu tentunya tidak cukup dengan instruksi atau ajakan, tetapi perlu gerakan dan langkah nyata antara pemerintah, dunia pendidikan pada level pendidikan luar biasa, dan masyarakat. Pemerintah sebagai pembuat sekaligus pemegang kebijakan (policy maker), perlu membuat kebijakan yang berpihak pada pertanian, Sekolah Luar biasa menjadi pusat pembinaan anak-anak luar biasa agar dapat menatap masa depannya  dengan cerah dan mandiri,  sedangkan masyarakat mendukung dan mengapresiasikannya secara positif. Dengan adanya relasi dan timbal balik itu, pendidikan pertanian pada anak tunagrahita diharapkan bisa memberikan bekal vokasional yang memadai dalam menyongsong kehidupannya dimasa yang akan dating

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan sebelum ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita.
Permasalahan dimaksud antara lain rendahnya kualitas pembelajaran vokasional dalam menciptakan kemandirian anak tunagrahita,  sekolah kurang terfokus dalam menggali kearifan local yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran vokasional bagi anak tunagrahihta yang dikarenakan kurang kreatifnya guru dan pihak sekolah lainnya untuk menyusun sendiri program vokasional yang lebih sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak tunagrahita.
Kewenangan sekolah dalam mengembangkan program vokasional bagi anak tunagrahita seharusnya tidak hanya diwujudkan pada pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran kurikulum tetapi harus diwujudkan dalam menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang lebih dibutuhkan oleh anak tunagrahita.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Bagaimanakah Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
2.      Bagaimanakah peran serta guru, orang tua, dan stakeholder lain dalam pengembangan pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
3.      Bagaimanakah factor pendukung  dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita




C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita.  Sedangkan secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan :
a.         Bagaimanakah Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
b.        Bagaimanakah peran serta guru, orang tua, dan stakeholder lain dalam pengembangan pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
c.         Bagaimanakah factor pendukung  dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita

2.         Manfaat Penulisan Makalah
 Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini adalah kajian alternatif mengenai konsep implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
a.       Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan dalam upaya penyusunan sebuah program pengembangan vokasional pertanian dengan teknik vertikultur bagi anak tunagrahita dan peningkatan mutu pendidikan luar biasa.
b.      Secara praktis penulisan makalah  ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam merumuskan sebuah program pembelajaran vokasional dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
c.       Menjadi acuan bagi guru-guru SLB dalam mengembangkan program vokasional pertanian, dan pembelajaran anak tunagrahita. Menjadi bahan kajian bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memberikan pembelajaran yang efektif di lingkungan keluarga, dan menjadi salah satu masukan bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan khusus dalam pola pembelajaran vokasional anak tunagrahita.



Senin, 04 Juli 2011

ISLAM DAN PERADABAN MASA DEPAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban merupakan keseluruhan pandangan hidup manusia, suatu peradaban adalah bentuk yang luas dari kebudayaan. Peradaban dan kebudayaan, nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari generasi ke generasi.
            Menurut  Braudel (dalam . Huntington l996;40), peradaban adalah suatu wilayah cultural, sekumpulan karakteristik dan penomena cultural. Peradaban juga merupakan seperangkat pandangan dunia, kebiasaan-kebiasaan, struktur-struktur sosial dan kebudayaan tertentu  yang membentuk berbagai corak kesejahteraan  dan tidak selamanya bersifat simultan.
Akar kata peradaban adalah adab dari bahasa Jawi Kawi, peranakan dari Bahasa Sansekerta, yang ucapannya adob yang berarti kesopanan, hormat menghormati, budi bahasa, etiket. Lawan dari  beradab adalah biadab, tidak tahu adat, dan sopan santun, istilah ini juga dijumpai dalam Bahasa Arab, seperti al-adab al-maidah yang artinya  tata perilaku/kesopanan dalam meja makan ( Karim ,2007:34).
           Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.
           Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam.                                                                                                                          1
 Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
 Masyarakat yang berperadaban dibedakan dari masyarakat primitif, berperadaban adalah baik dan tidak berperadaban adalah buruk. Konsep peradaban  menjadikan sebuah tolok ukur yang dapat dijadikan acuan  dalam memberikan penilaian terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
 Sebuah hubungan penting yang ada dalam kaitan  dengan pembagian masyarakat  dan karakteristik budaya kedalam berbagai corak peradaban dan pembagian mereka melalui karakteristik fisikal ke dalam berbagai suku bangsa. Sekalipun demikian,  peradaban dan suku bangsa  atau ras tidak identik. Orang-orang yang memiliki kesamaan dapat benar-benar terpisah oleh peradaban. Orang-orang yang  memiliki perbedaan ras dapat dipersatukan dalam sebuah peradaban , utamanya melalui agama  seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainya.                                                                                                                              
Peradaban  yang berlandaskan agama  akan mampu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa  atau pun berbagai bangsa sekalipun.
Bangunan-bangunan  dasar bagi peradaban-peradaban besar. menurut  Samuel P. Hutington  (1996:52), agama adalah karakteristik  utama yang mencirikan sebuah peradaban, agama-agama besar adalah bangunan bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar.

                                                                                                                       2
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa sebuah peradaban yang dilandasi oleh suatu agama tertentu , merupakan sebuah peradaban yang  komprehensif, yang dapat mencakup berbagai, suku bangsa, bangsa, kultur, perbedaan wilayah, perbedaan Negara  menjadi terangkum dalam satu peradaban.
Peradaban yang berlandaskan suatu agama dapat kita ambil contoh, misalnya peradaban Islam. Peradaban Islam yang berasal dari semenanjung  Arabia, dapat menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia dengan sangat pesatnya. Hal ini disebabkan ajaran Islam mampu memberikan jawaban yang azasi akan kebutuhan spiritual manusia  dan  hubungan manusia dengan Sang  Khalik.
Peradaban Islam memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap umat Islam didalam kehidupan sosial politik. John L. Esposito (dalam Hutington, 1996:186), menjelaskan meningkatnya perhatian terhadap ajaran-ajaran agama ( ke mesjid, sembahyang , puasa), pengembangan berbagai program dan publikasi-publikasi keagamaan, meningkatnya penerapan nilai-nilai serta pemakaian busana muslim. Pembaruan yang memiliki pijakan luas ini juga diikuti dengan penegasan kembali  ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan, berkembanganya pemerintahan, organisasi-organisasi, hukum, perbankan, pelayanan-pelayanan  sosial, dan lembaga-lembaga pendidikan  yang Islami.
Dari uraian tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa,  peradaban Islam dengan ajaran Islamnya  dapat dijadikan suatu sumber pokok  didalam kehidupan ber bangsa dan bernegara di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Sabtu, 02 Juli 2011

MENGENAL BAHAN DAN ALAT BERBAHAYA BIDANG PERTANIAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kecanggihan peralatan pertanian yang beredar dimasyarakat petani didaerah Bandung Utara, selain bisa memberikan kemudahan dan keuntungan kepada petani, bisa juga menjadi sumber kecelakaan bagi anak-anak terutama anak tunagrahita yang belum memahami tentang bahayanya berbagai peralatan pertanian yang ada disekitarnya. Bahaya ini dapat muncul dari human-error atau non-human-error. Menurut Endah (2005: 20) “kalau mau pakai hasil riset yang standar, human-error menyumbangkan sekitar 80% penyebab. Bentuknya antara lain: kelalaian, pengabaian, pelanggaran dan ketidaktahuan. Prosentase terkecil terdapat pada faktor ketidaktahuan”.
Banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pertanian misalnya: insektisida, herbisida, fungisida oleh pabrik pupuk pertanian barang-barang tersebut dikemas dengan kemasan yang sangat menarik hampir sama dengan kemasan-kemasan dalam makanan, bagi anak tunagrahita kemungkinan tidak akan tahun bahwa benda-benda tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Berbagai berita di televisi sering menayangkan banyaknya korban yang diakibatkan oleh bahan kimia yang dipakai dalam pertanian sampai menimbulkan  korban meninggal. Hasil pengamatan penulis sementara ini menunjukkan bahwa yang menjadi sumber malapetaka dari barang-barang yang digunakan dalam pertanian adalah sikap kurang peduli orang tua tentang bahayanya barang-barang tersebut, orang tua juga jarang memberikan penjelasan kepada anak-anaknya, bahwa banyak barang-barang yang digunakan dalam pertanian, baik alat maupun bahan kimia apabila salah menggunakan dapat membahayakan bagi manusia.
Belajar dari berbagai kejadian luar biasa yang terjadi itu, rasanya kita tetap perlu mengagendakan belajar dan latihan bersama disekolah maupun di rumah mengenai bagaimana memperlakukan bahan dan alat-alat pertanian secara baik dan benar agar tidak membahayakan.  Pembelajaran mengenalkan bahan dan alat-alat berbahaya dalam dunia pertanian kepada anak tunagrahhita harus tertata dalam sebuah program khusus yang sistematis dan berkesinambungan.
Siswa tunagrahita merupakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan keterbatasan. Keterbatasan yang ia alami diantaranya adalah di dalam proses berpikir, mengurus diri, komunikasi, penyesuaian diri dan sosialisasi serta keterampilan hidup lainnya. Oleh karenanya anak tunagrahita memerlukan program pendidikan yang mampu menggali dan mengembangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut. Program pendidikan  untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri, komunikasi, sosialisasi, menggunakan waktu, keterampilan hidup sederhana, .menghindari dan mengenal bahaya dari lingkungan sekitarnya.
Kita perlu mengajarkan dan menyadarkan secara berkala tentang bagaimana memperlakukan benda-benda yang bisa menjadi sumber bahaya dan melatih anak tunagrahita agar memiliki pengetahuan dan tindakan yang standar mengenai bagaimana mengenal,  menaruh bahan dan alat-alat pertanian yang berpotensi bahaya tersebut, misalnya bagaimana menaruh golok, cangkul, zat kimia tertentu, atau pisau, dan bagaimana menggunakannya  dalam pertanian.
Agar pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran program khusus menolong diri, seperi menghindari bahaya bagi anak-anak tunagrahita dapat berjalan lancar, maka perlu dilakukan kegiatan pengumpulan data tentang kemampuan anak tersebut dalam penguasaan materi program mengenal dan menghindari bahaya. Data kemampuan awal seorang anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan untuk kegiatan penyusunan program, mengingat kemampuan setiap anak berbeda-beda. Data yang dikumpulkan meliputi kemampuan kuantitatif dan kualitatif. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui asessment.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan sebelum ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan pembelajaran program khusus mengenal dan menghindari bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian.
Permasalahan dimaksud antara lain rendahnya pengetahuan anak tunagrahita tentang bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian apabila tidak tepat menggunakannya,  kurangnya perhatian orang tua untuk mengajarkan dan mengenalkan alat-alat dan bahan-abahan pertanian yang berbahaya kepada anak tunagrahita, belum adanya program sekolah yang focus mengajarkan program khusus mengenal bahan dan alat-alat pertanian yang berbahaya sesuai dengan kearifan local daerah pertanian di Bandung Utara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
2.      Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.

C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunaggrahita.  Sedangkan secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan :
a.         Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.         Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.


2.      Manfaat Penulisan Makalah
 Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini adalah kajian alternatif mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya bbidang pertanian kepada anak tunagrahita, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
a.       Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan dalam upaya penyusunan sebuah program pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.      Secara praktis penulisan makalah  ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam pembelajaran program khusus bagi anak tunagrahita  dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
c.       Menjadi acuan bagi guru-guru SLB dalam mengembangkan pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian, dan pembelajaran anak tunagrahita. Menjadi bahan kajian bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memberikan pembelajaran yang efektif di lingkungan keluarga, dan menjadi salah satu masukan bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan khusus dalam pola pembelajaran program khusus anak tunagrahita.