Senin, 04 Juli 2011

ISLAM DAN PERADABAN MASA DEPAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban merupakan keseluruhan pandangan hidup manusia, suatu peradaban adalah bentuk yang luas dari kebudayaan. Peradaban dan kebudayaan, nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari generasi ke generasi.
            Menurut  Braudel (dalam . Huntington l996;40), peradaban adalah suatu wilayah cultural, sekumpulan karakteristik dan penomena cultural. Peradaban juga merupakan seperangkat pandangan dunia, kebiasaan-kebiasaan, struktur-struktur sosial dan kebudayaan tertentu  yang membentuk berbagai corak kesejahteraan  dan tidak selamanya bersifat simultan.
Akar kata peradaban adalah adab dari bahasa Jawi Kawi, peranakan dari Bahasa Sansekerta, yang ucapannya adob yang berarti kesopanan, hormat menghormati, budi bahasa, etiket. Lawan dari  beradab adalah biadab, tidak tahu adat, dan sopan santun, istilah ini juga dijumpai dalam Bahasa Arab, seperti al-adab al-maidah yang artinya  tata perilaku/kesopanan dalam meja makan ( Karim ,2007:34).
           Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.
           Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam.                                                                                                                          1
 Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
 Masyarakat yang berperadaban dibedakan dari masyarakat primitif, berperadaban adalah baik dan tidak berperadaban adalah buruk. Konsep peradaban  menjadikan sebuah tolok ukur yang dapat dijadikan acuan  dalam memberikan penilaian terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
 Sebuah hubungan penting yang ada dalam kaitan  dengan pembagian masyarakat  dan karakteristik budaya kedalam berbagai corak peradaban dan pembagian mereka melalui karakteristik fisikal ke dalam berbagai suku bangsa. Sekalipun demikian,  peradaban dan suku bangsa  atau ras tidak identik. Orang-orang yang memiliki kesamaan dapat benar-benar terpisah oleh peradaban. Orang-orang yang  memiliki perbedaan ras dapat dipersatukan dalam sebuah peradaban , utamanya melalui agama  seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainya.                                                                                                                              
Peradaban  yang berlandaskan agama  akan mampu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa  atau pun berbagai bangsa sekalipun.
Bangunan-bangunan  dasar bagi peradaban-peradaban besar. menurut  Samuel P. Hutington  (1996:52), agama adalah karakteristik  utama yang mencirikan sebuah peradaban, agama-agama besar adalah bangunan bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar.

                                                                                                                       2
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa sebuah peradaban yang dilandasi oleh suatu agama tertentu , merupakan sebuah peradaban yang  komprehensif, yang dapat mencakup berbagai, suku bangsa, bangsa, kultur, perbedaan wilayah, perbedaan Negara  menjadi terangkum dalam satu peradaban.
Peradaban yang berlandaskan suatu agama dapat kita ambil contoh, misalnya peradaban Islam. Peradaban Islam yang berasal dari semenanjung  Arabia, dapat menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia dengan sangat pesatnya. Hal ini disebabkan ajaran Islam mampu memberikan jawaban yang azasi akan kebutuhan spiritual manusia  dan  hubungan manusia dengan Sang  Khalik.
Peradaban Islam memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap umat Islam didalam kehidupan sosial politik. John L. Esposito (dalam Hutington, 1996:186), menjelaskan meningkatnya perhatian terhadap ajaran-ajaran agama ( ke mesjid, sembahyang , puasa), pengembangan berbagai program dan publikasi-publikasi keagamaan, meningkatnya penerapan nilai-nilai serta pemakaian busana muslim. Pembaruan yang memiliki pijakan luas ini juga diikuti dengan penegasan kembali  ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan, berkembanganya pemerintahan, organisasi-organisasi, hukum, perbankan, pelayanan-pelayanan  sosial, dan lembaga-lembaga pendidikan  yang Islami.
Dari uraian tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa,  peradaban Islam dengan ajaran Islamnya  dapat dijadikan suatu sumber pokok  didalam kehidupan ber bangsa dan bernegara di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Sabtu, 02 Juli 2011

MENGENAL BAHAN DAN ALAT BERBAHAYA BIDANG PERTANIAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kecanggihan peralatan pertanian yang beredar dimasyarakat petani didaerah Bandung Utara, selain bisa memberikan kemudahan dan keuntungan kepada petani, bisa juga menjadi sumber kecelakaan bagi anak-anak terutama anak tunagrahita yang belum memahami tentang bahayanya berbagai peralatan pertanian yang ada disekitarnya. Bahaya ini dapat muncul dari human-error atau non-human-error. Menurut Endah (2005: 20) “kalau mau pakai hasil riset yang standar, human-error menyumbangkan sekitar 80% penyebab. Bentuknya antara lain: kelalaian, pengabaian, pelanggaran dan ketidaktahuan. Prosentase terkecil terdapat pada faktor ketidaktahuan”.
Banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pertanian misalnya: insektisida, herbisida, fungisida oleh pabrik pupuk pertanian barang-barang tersebut dikemas dengan kemasan yang sangat menarik hampir sama dengan kemasan-kemasan dalam makanan, bagi anak tunagrahita kemungkinan tidak akan tahun bahwa benda-benda tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Berbagai berita di televisi sering menayangkan banyaknya korban yang diakibatkan oleh bahan kimia yang dipakai dalam pertanian sampai menimbulkan  korban meninggal. Hasil pengamatan penulis sementara ini menunjukkan bahwa yang menjadi sumber malapetaka dari barang-barang yang digunakan dalam pertanian adalah sikap kurang peduli orang tua tentang bahayanya barang-barang tersebut, orang tua juga jarang memberikan penjelasan kepada anak-anaknya, bahwa banyak barang-barang yang digunakan dalam pertanian, baik alat maupun bahan kimia apabila salah menggunakan dapat membahayakan bagi manusia.
Belajar dari berbagai kejadian luar biasa yang terjadi itu, rasanya kita tetap perlu mengagendakan belajar dan latihan bersama disekolah maupun di rumah mengenai bagaimana memperlakukan bahan dan alat-alat pertanian secara baik dan benar agar tidak membahayakan.  Pembelajaran mengenalkan bahan dan alat-alat berbahaya dalam dunia pertanian kepada anak tunagrahhita harus tertata dalam sebuah program khusus yang sistematis dan berkesinambungan.
Siswa tunagrahita merupakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan keterbatasan. Keterbatasan yang ia alami diantaranya adalah di dalam proses berpikir, mengurus diri, komunikasi, penyesuaian diri dan sosialisasi serta keterampilan hidup lainnya. Oleh karenanya anak tunagrahita memerlukan program pendidikan yang mampu menggali dan mengembangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut. Program pendidikan  untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri, komunikasi, sosialisasi, menggunakan waktu, keterampilan hidup sederhana, .menghindari dan mengenal bahaya dari lingkungan sekitarnya.
Kita perlu mengajarkan dan menyadarkan secara berkala tentang bagaimana memperlakukan benda-benda yang bisa menjadi sumber bahaya dan melatih anak tunagrahita agar memiliki pengetahuan dan tindakan yang standar mengenai bagaimana mengenal,  menaruh bahan dan alat-alat pertanian yang berpotensi bahaya tersebut, misalnya bagaimana menaruh golok, cangkul, zat kimia tertentu, atau pisau, dan bagaimana menggunakannya  dalam pertanian.
Agar pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran program khusus menolong diri, seperi menghindari bahaya bagi anak-anak tunagrahita dapat berjalan lancar, maka perlu dilakukan kegiatan pengumpulan data tentang kemampuan anak tersebut dalam penguasaan materi program mengenal dan menghindari bahaya. Data kemampuan awal seorang anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan untuk kegiatan penyusunan program, mengingat kemampuan setiap anak berbeda-beda. Data yang dikumpulkan meliputi kemampuan kuantitatif dan kualitatif. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui asessment.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan sebelum ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan pembelajaran program khusus mengenal dan menghindari bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian.
Permasalahan dimaksud antara lain rendahnya pengetahuan anak tunagrahita tentang bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian apabila tidak tepat menggunakannya,  kurangnya perhatian orang tua untuk mengajarkan dan mengenalkan alat-alat dan bahan-abahan pertanian yang berbahaya kepada anak tunagrahita, belum adanya program sekolah yang focus mengajarkan program khusus mengenal bahan dan alat-alat pertanian yang berbahaya sesuai dengan kearifan local daerah pertanian di Bandung Utara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
2.      Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.

C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunaggrahita.  Sedangkan secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan :
a.         Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.         Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.


2.      Manfaat Penulisan Makalah
 Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini adalah kajian alternatif mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya bbidang pertanian kepada anak tunagrahita, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
a.       Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan dalam upaya penyusunan sebuah program pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.      Secara praktis penulisan makalah  ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam pembelajaran program khusus bagi anak tunagrahita  dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
c.       Menjadi acuan bagi guru-guru SLB dalam mengembangkan pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian, dan pembelajaran anak tunagrahita. Menjadi bahan kajian bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memberikan pembelajaran yang efektif di lingkungan keluarga, dan menjadi salah satu masukan bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan khusus dalam pola pembelajaran program khusus anak tunagrahita.










Pengaruh Pengembangan Kurikulum terhadap Pembelajaran Anak Autis

ABSTRAK


Pengembangan kurikulum untuk pendidikan anak autis di SLB saat ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, para guru maupun kepala SLB. Kuriklum yang digunakan dalam proses pembelajaran autis di SLB Kabupaten Bandung Barat masih didominasi oleh kurikulum hasil modifikasi dari kurikulum pendidikan anak tuna Grahita yang disusun tanpa didasari oleh konsep-konsep dan teori-teori pengembangan yang telah diakui oleh kalangan pendidikan. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan guru maupun Kepala Sekolah dalam memahami konsep-konsep dan teori-teori pengembangan kurikulum yang benar, sehingga menjadi pemicu rendahnya mutu pendidikan anak autis di SLB saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dalam menangani pendidikan autis. Namun mutu pendidikan autis masih belum menunjukan peningkatan yang berarti. Dalam penelitian tesis ini penulis berupaya menyusun laporan hasil penelitian mengenai pengaruh pengembangan kurikulum terhadap efektivitas pembelajaran dan dampaknya pada terapi autis. Berdasarkan temuan berupa data-data dokumen dan hasil sebaran angket dari responden menunjukan adanya peningkatan keberhasilan terapi autis sebagai pengaruh dari pengembangan kurikulum sebesar 0,399 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,399)2 = 0,159 atau 15,9% dengan demikian berarti 15,9% terapi autis dipengaruhi oleh pengembangan kurikulum sedangkan sisanya 84,1% dipengaruhi factor lain. Keberhasilan terapi autis juga dipengaruhi oleh efektivitas pembelajaran sebesar 0,417 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,417)2 = 0,174 atau 17,4% dengan demikian berarti 17,4% terapi autis dipengaruhi oleh efektivitas pembelajaran sedangkan sisanya 83,6% dipengaruhi factor lain. Penelitian tesis ini juga menemukan bahwa pengembangan kurikulum mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran sebesar 0,620 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,620)2 = 0,385 atau 38,5% dengan demikian berarti bahwa 38,5%  efektivitas pembelajaran dipengaruhi pengembangan kurikulum, sedangkan sisanya 61,5% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sebaliknya efektivitas pembelajaran juga berpengaruh secara signifikan sebesar  0,620 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,620)2 = 0,385 atau 38,5% dengan demikian berarti bahwa 38,5%  efektivitas pembelajaran dipengaruhi pengembangan kurikulum, sedangkan sisanya 61,5% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengembangan kurikulum dan efektivitas pembelajaran memiliki dampak yang signifikan terhadap terapi autis sebesar 0,454 poin. Koefisien determinasi (0,454)2 atau 20,6%, artinya sebesar 20,6% terapi autis dipengaruhi oleh variabel pengembangan kurikulum dan efektivitas pembelajaran secara bersama-sama sedangkan sisanya sebesar 79,4% dipengaruhi oleh faktor lain.


Rabu, 29 Juni 2011

Grand Disain PK-PLK SLB YPLAB Lembang

BAB I
PENDAHULUAN


1.1        LATAR BELAKANG
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kelemahan mendasar bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pengalaman krisis ekonomi pada beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa negara-negara yang mempunyai kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik akan dapat lebih tahan terhadap gejolak, dan lebih cepat bangkit dari krisis yang melandanya. Human Capital atau modal manusia merupakan faktor penentu dan paling penting dalam akselarasi proses pembangunan suatu bangsa, salah satu penentu yang paling esensial dalam pembangunan sumber daya manusia adalah pendidikan.
Memperhatikan esensi dasar tentang pendidikan dan tantangan pendidikan dalam menghadapi globalisasi sebagaimana telah diuraikan diatas, maka perlu ditekankan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan agar Indonesia memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang datang, maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 Pemerintah mencanangkan untuk meningkatkan kemampuan manusia bangsa ini, sehingga memiliki daya saing yang seimbang dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Seiring dinamika kebijakan pembangunan nasional, dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang dan tantangan yang mandiri bagi setiap daerah untuk melakukan improvisasi strategi pembangunan sesuai dengan potensi dan peluang daerahnya masing-masing. Ruang kreatifitas daerah dalam proses pengembangan dan pembangunan merupakan pendekatan mendasar dalam memadukan potensi lokal, nasional dan global yang membutuhkan SDM yang memadai sebagai salah satu modal dasar pembangunan untuk mampu menggerakkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pembangunan baik secara sektoral maupun spatial melalui optimalisasi serta pengembangan potensi yang ada dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan secara menyeluruh.
Sejalan dengan hal di atas, maka pembangunan pendidikan di Kabupaten  Bandung Barat perlu pula memperhatikan kondisi dan potensi yang ada baik daerah, propinsi, nasional maupun tantangan globalisasi. Pada sisi lain, keberadaan SLB YPLAB Lembang yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari upaya pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung Barat juga perlu memperhatikan keterpaduan antara kebijakan pemerintahan yang ada diatasnya secara terhirarkis. Hal tersebut melatarbelakangi pemikiran bahwa pentingnya upaya pembangunan yang bersifat sinergis yaitu dengan adanya keterpaduan antara satu sama lain baik dari sisi sasaran, program maupun kelembagaan.
Demikian pula halnya dengan pembangunan pendidikan yang telah terdesentralisasikan ke daerah pasca diterapkannya kebijakan otonomi daerah yang memerlukan adanya improvisasi strategi pembangunan pendidikan yang sinergis, khusunya dalam hal ini adalah SLB YPLAB Lembang. Hal lain sejalan dengan Visi Pembangunan pendidikan di SLB YPLAB Lembang, Dengan iman dan taqwa anak berkebutuhan khusus menjadi terampil kreatif dan mandiri pada tahun 2012 dengan Misi yaitu meningkatkan akses terhadap pendidikan yang bermutu, telah menempatkan bidang pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam kegiatan pembangunan.
Setelah diterapkannya kebijakan otonomi daerah, kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung Barat bagi anak berkebutuhan khusus masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang cukup signifikan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah belum meratanya kesempatan mendapatkan pendidikan, kualitas/mutu pendidikan yang masih rendah, pengelolaan pendidikan yang belum efisien, tidak adanya relevansi pendidikan dengan dunia usaha/industri dan potensi daerah serta kecakapan hidup.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan yang terdesentralisasi akan memberi manfaat pada efektifitas dan esensi pelayanan pendidikan apabila disertai perencanaan pembangunan pendidikan yang sistematis. Untuk itu perlu disusun Grand Disain PK dan PLK SLB YPLAB Lembang secara sistematis, menyeluruh dan terpadu.
Grand Disain PK dan PLK SLB YPLAB Lembang ini merupakan perencanaan pembangunan pendidikan dalam jangka menengah dan akan dapat dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan pembangunan pendidikan tahunan di SLB YPLAB Lembang

1.2        RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam kegiatan ini difokuskan pada pertanyaan sebagai berikut :“Bagaimanakah Grand Disain  Pengembangan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus yang sesuai untuk diterapkan di SLB YPLAB Lembang dan Kabupaten Bandung Barat secara umum?” Agar lebih rinci masalah di atas akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah gambaran tentang kondisi pendidikan khusus serta faktor-faktor penunjang lain yang berkaitan dengan program pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan potensi wilayah di Kabupaten Bandung Barat ?
2.      Bagaimanakah rumusan konsep dan kebijakan pembangunan pendidikan berkaitan dengan capaian indikator makro pendidikan mutu pendidikan (tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum, lulusan, sarana dan prasarana), relevansi pendidikan dengan dunia usaha/industri dan tata kelola manajemen pendidikan (menyangkut institusi sekolah, lembaga pemerintah daerah bidang pendidikan, stakeholder pendidikan, penganggaran, regulasi dan pengawasan atau pengendalian di Kabupaten Bandung Barat ?
3.      Bagaimanakah rumusan program kegiatan jangka panjang, menengah dan tahunan yang dapat disarankan untuk mengisi rencana induk pembangunan pendidikan di SLB YPLAB Lembang?
Rumusan masalah tersbut didasari oleh kondisi bidang pendidikan khusus di Kabupaten Bandung Barat yang mengindikasikan adanya:
1.      Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak berkebutuhan  khusus masih belum merata
2.      Masih rendahnya mutu/kualitas pendidikan khusus di Kabupaten Bandung Barat.
3.      Pengelolaan pendidikan khusus di SLB YPLAB Lembang belum efisien dan optimal
4.      Tidak adanya relevansi pendidikan khusus dengan dunia usaha/industri, potensi daerah serta kecakapan hidup

1.3        MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan penyusunan Grand Disain PK dan PLK SLB YPLAB Lembang adalah untuk mendapatkan rumusan rencana induk (Masterplan) pembangunan pendidikan khusus di SLB YPLAB Lembang . Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah menyediakan arahan bagi perencanaan tahunan bidang pendidikan SLB YPLAB Lembang menuju kinerja yang terarah, terpadu serta optimal.

1.4        RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kajian ini meliputi perencanaan pembangunan bidang pendidikan dalam skala mikro di SLB YPLAB Lembang dan meliputi berbagai dimensi pendidikan. Mengingat adanya keterbatasan dari sumberdaya yang tersedia untuk penyusunan sebuah dokumen perencanaan, maka pembahasan dan analisis dibatasi pada hal-hal strategis yang mendukung terumuskannya sebuah Grand Disain. Oleh karena itu, pengenalan isu-isu strategis dalam pembangunan pendidikan pendidikan Kabupaten Bandung Barat  antara 3 sampai dengan 5 tahun terakhir menjadi hal penting yang perlu dijadikan informasi yang melatarbelakangi permasalahan yang telah dan sedang terjadi dan segera untuk ditindaklanjuti dengan memberikan win-win solution dalam kerangka strategi dan kebijakan serta program melalui Grand Disain 2010 - 2025.
Adapun pembatasan secara mendasar yang menjadi ruang lingkup kegiatan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan kegiatan penyusunan Grand Disain Pendidikan SLB YPLAB Lembang ini meliputi:
1.      Melakukan identifikasi masalah mendasar yang dihadapi dalam upaya pembangunan pendidikan khusus dengan kinerja yang terarah, terpadu, sinergis dan optimal di SLB YPLAB Lembang, antara lain terkait dengan penuntasan WAJAR DIKDAS 9 tahun dan rintisan WAJAR DIKDAS 12 tahun
2.      Merumuskan konsep dan kebijakan pembangunan pendidikan berkaitan dengan capaian indicator makro pendidikan (APK, APM, RLS dan AMH), mutu pendidikan (tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum, lulusan, sarana dan prasarana), relevansi pendidikkan (dengan dunia usaha/industri) dan tata kelola (manajemen) pendidikan (menyangkut institusi sekolah, lembaga pemerintah daerah bidang pendidikan, stakeholder pendidikan, penganggaran, regulasi dan pengawasan/pengendalian) di SLB YPLAB Lembang dalam jangka menengah secara partisipatif
3.      Merumuskan indikasi program/kegiatan jangka menengah dan tahunan yang dapat disarankan untuk mengisi rencana induk (Masterpla) pembangunan pendidikan khusus sebagaimana yang dimaksud.

1.5        KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Grand Disain PK dan PLK SLB YPLAB Lembang  perlu ditekankan dengan pola pikir pelaksanaan kegiatan yang sistematis dan terarah yang mampu mejabarkan proses berpikir baik secara substansial maupun tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan yang tersusun secara sitematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir tersusunnya Grand Disain yang sesuai dengan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1.

1.6              SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR

Bab I     Pendahuluan

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang kegiatan, rumusan masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup, serta sistematika penyusunan Laporan Akhir.

Bab II   Tinjauan Kebijakan Pembangunan Pendidikan dan Kajian Teori

Bab ini akan menguraikan tentang kajian umum terhadap kebijakan pembangunan bidang pendidikan (Nasional, Propinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Bandung Barat) dan kajian terhadap teori-teori kependidikan yang mendukung pelaksanaan kegiatan .

Bab III  Fakta dan Analisis Grand Disain  PK dan PLK Di SLB YPLAB Lembang

Bab ini akan menguraikan mengenai fakta dan analisis penyusunan Gran Disain Pendidikan Khusus di SLB YPLAB Lembang yang lebih lanjut akan dibahas dan diuraikan mengenai kondisi umum Kabupaten Bandung Barat , profile pendidikan khusus dan Pendidikan layanan Khusus Kabupaten Bandung Barat.

Bab IV  Konsep Pembangunan Pendidikan PK dan PLK SLB YPLAB Lembang

Bab ini akan menguraikan mengenai konsep pembangunan pendidikan PK PLK di SLB YPLAB Lembang yang didasari oleh fakta dan analisis pembangunan pendidikan Kabupaten Bandung Barat dalam rangka merumuskan kebijakan dan strategi serta dasar pemikiran dalam penyusunan program pembangunan bidang pendidikan khusus
Bab V   Rencana Pembangunan Pendidikan PK dan PLK di SLB YPLAB Lembang
Bab ini merupakan pokok utama dalam laporan akhir yang akan menguraikan mengenai rencana pembangunan pendidikan, kebijakan dan strategi yang diarahkan dalam pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan SLB YPLAB Lembang tahun 2010 - 2025.
Bab VI   Indikasi Program Pembangunan dan Rencana Administrasi Pendidikan Kabupaten Cianjur
Bab ini menguraikan mengenai indikasi program-program pengembangan bidang PK dan PLK di SLB YPLAB Lembang tahun 2010 - 2025. , strategi pembiayaan serta pemantauan dan evaluasi.