BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban merupakan keseluruhan pandangan hidup manusia, suatu peradaban adalah bentuk yang luas dari kebudayaan. Peradaban dan kebudayaan, nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut Braudel (dalam . Huntington l996;40), peradaban adalah suatu wilayah cultural, sekumpulan karakteristik dan penomena cultural. Peradaban juga merupakan seperangkat pandangan dunia, kebiasaan-kebiasaan, struktur-struktur sosial dan kebudayaan tertentu yang membentuk berbagai corak kesejahteraan dan tidak selamanya bersifat simultan.
Akar kata peradaban adalah adab dari bahasa Jawi Kawi, peranakan dari Bahasa Sansekerta, yang ucapannya adob yang berarti kesopanan, hormat menghormati, budi bahasa, etiket. Lawan dari beradab adalah biadab, tidak tahu adat, dan sopan santun, istilah ini juga dijumpai dalam Bahasa Arab, seperti al-adab al-maidah yang artinya tata perilaku/kesopanan dalam meja makan ( Karim ,2007:34).
Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.
Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam. 1
Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Masyarakat yang berperadaban dibedakan dari masyarakat primitif, berperadaban adalah baik dan tidak berperadaban adalah buruk. Konsep peradaban menjadikan sebuah tolok ukur yang dapat dijadikan acuan dalam memberikan penilaian terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
Sebuah hubungan penting yang ada dalam kaitan dengan pembagian masyarakat dan karakteristik budaya kedalam berbagai corak peradaban dan pembagian mereka melalui karakteristik fisikal ke dalam berbagai suku bangsa. Sekalipun demikian, peradaban dan suku bangsa atau ras tidak identik. Orang-orang yang memiliki kesamaan dapat benar-benar terpisah oleh peradaban. Orang-orang yang memiliki perbedaan ras dapat dipersatukan dalam sebuah peradaban , utamanya melalui agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainya.
Peradaban yang berlandaskan agama akan mampu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa atau pun berbagai bangsa sekalipun.
Bangunan-bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar. menurut Samuel P. Hutington (1996:52), agama adalah karakteristik utama yang mencirikan sebuah peradaban, agama-agama besar adalah bangunan bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar.
2
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa sebuah peradaban yang dilandasi oleh suatu agama tertentu , merupakan sebuah peradaban yang komprehensif, yang dapat mencakup berbagai, suku bangsa, bangsa, kultur, perbedaan wilayah, perbedaan Negara menjadi terangkum dalam satu peradaban.
Peradaban yang berlandaskan suatu agama dapat kita ambil contoh, misalnya peradaban Islam. Peradaban Islam yang berasal dari semenanjung Arabia, dapat menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia dengan sangat pesatnya. Hal ini disebabkan ajaran Islam mampu memberikan jawaban yang azasi akan kebutuhan spiritual manusia dan hubungan manusia dengan Sang Khalik.
Peradaban Islam memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap umat Islam didalam kehidupan sosial politik. John L. Esposito (dalam Hutington, 1996:186), menjelaskan meningkatnya perhatian terhadap ajaran-ajaran agama ( ke mesjid, sembahyang , puasa), pengembangan berbagai program dan publikasi-publikasi keagamaan, meningkatnya penerapan nilai-nilai serta pemakaian busana muslim. Pembaruan yang memiliki pijakan luas ini juga diikuti dengan penegasan kembali ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan, berkembanganya pemerintahan, organisasi-organisasi, hukum, perbankan, pelayanan-pelayanan sosial, dan lembaga-lembaga pendidikan yang Islami.
Dari uraian tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa, peradaban Islam dengan ajaran Islamnya dapat dijadikan suatu sumber pokok didalam kehidupan ber bangsa dan bernegara di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.