Senin, 04 Juli 2011

ISLAM DAN PERADABAN MASA DEPAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban merupakan keseluruhan pandangan hidup manusia, suatu peradaban adalah bentuk yang luas dari kebudayaan. Peradaban dan kebudayaan, nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari generasi ke generasi.
            Menurut  Braudel (dalam . Huntington l996;40), peradaban adalah suatu wilayah cultural, sekumpulan karakteristik dan penomena cultural. Peradaban juga merupakan seperangkat pandangan dunia, kebiasaan-kebiasaan, struktur-struktur sosial dan kebudayaan tertentu  yang membentuk berbagai corak kesejahteraan  dan tidak selamanya bersifat simultan.
Akar kata peradaban adalah adab dari bahasa Jawi Kawi, peranakan dari Bahasa Sansekerta, yang ucapannya adob yang berarti kesopanan, hormat menghormati, budi bahasa, etiket. Lawan dari  beradab adalah biadab, tidak tahu adat, dan sopan santun, istilah ini juga dijumpai dalam Bahasa Arab, seperti al-adab al-maidah yang artinya  tata perilaku/kesopanan dalam meja makan ( Karim ,2007:34).
           Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.
           Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam.                                                                                                                          1
 Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
 Masyarakat yang berperadaban dibedakan dari masyarakat primitif, berperadaban adalah baik dan tidak berperadaban adalah buruk. Konsep peradaban  menjadikan sebuah tolok ukur yang dapat dijadikan acuan  dalam memberikan penilaian terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
 Sebuah hubungan penting yang ada dalam kaitan  dengan pembagian masyarakat  dan karakteristik budaya kedalam berbagai corak peradaban dan pembagian mereka melalui karakteristik fisikal ke dalam berbagai suku bangsa. Sekalipun demikian,  peradaban dan suku bangsa  atau ras tidak identik. Orang-orang yang memiliki kesamaan dapat benar-benar terpisah oleh peradaban. Orang-orang yang  memiliki perbedaan ras dapat dipersatukan dalam sebuah peradaban , utamanya melalui agama  seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainya.                                                                                                                              
Peradaban  yang berlandaskan agama  akan mampu menaungi kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa  atau pun berbagai bangsa sekalipun.
Bangunan-bangunan  dasar bagi peradaban-peradaban besar. menurut  Samuel P. Hutington  (1996:52), agama adalah karakteristik  utama yang mencirikan sebuah peradaban, agama-agama besar adalah bangunan bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar.

                                                                                                                       2
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa sebuah peradaban yang dilandasi oleh suatu agama tertentu , merupakan sebuah peradaban yang  komprehensif, yang dapat mencakup berbagai, suku bangsa, bangsa, kultur, perbedaan wilayah, perbedaan Negara  menjadi terangkum dalam satu peradaban.
Peradaban yang berlandaskan suatu agama dapat kita ambil contoh, misalnya peradaban Islam. Peradaban Islam yang berasal dari semenanjung  Arabia, dapat menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia dengan sangat pesatnya. Hal ini disebabkan ajaran Islam mampu memberikan jawaban yang azasi akan kebutuhan spiritual manusia  dan  hubungan manusia dengan Sang  Khalik.
Peradaban Islam memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap umat Islam didalam kehidupan sosial politik. John L. Esposito (dalam Hutington, 1996:186), menjelaskan meningkatnya perhatian terhadap ajaran-ajaran agama ( ke mesjid, sembahyang , puasa), pengembangan berbagai program dan publikasi-publikasi keagamaan, meningkatnya penerapan nilai-nilai serta pemakaian busana muslim. Pembaruan yang memiliki pijakan luas ini juga diikuti dengan penegasan kembali  ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan, berkembanganya pemerintahan, organisasi-organisasi, hukum, perbankan, pelayanan-pelayanan  sosial, dan lembaga-lembaga pendidikan  yang Islami.
Dari uraian tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa,  peradaban Islam dengan ajaran Islamnya  dapat dijadikan suatu sumber pokok  didalam kehidupan ber bangsa dan bernegara di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Sabtu, 02 Juli 2011

MENGENAL BAHAN DAN ALAT BERBAHAYA BIDANG PERTANIAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kecanggihan peralatan pertanian yang beredar dimasyarakat petani didaerah Bandung Utara, selain bisa memberikan kemudahan dan keuntungan kepada petani, bisa juga menjadi sumber kecelakaan bagi anak-anak terutama anak tunagrahita yang belum memahami tentang bahayanya berbagai peralatan pertanian yang ada disekitarnya. Bahaya ini dapat muncul dari human-error atau non-human-error. Menurut Endah (2005: 20) “kalau mau pakai hasil riset yang standar, human-error menyumbangkan sekitar 80% penyebab. Bentuknya antara lain: kelalaian, pengabaian, pelanggaran dan ketidaktahuan. Prosentase terkecil terdapat pada faktor ketidaktahuan”.
Banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pertanian misalnya: insektisida, herbisida, fungisida oleh pabrik pupuk pertanian barang-barang tersebut dikemas dengan kemasan yang sangat menarik hampir sama dengan kemasan-kemasan dalam makanan, bagi anak tunagrahita kemungkinan tidak akan tahun bahwa benda-benda tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Berbagai berita di televisi sering menayangkan banyaknya korban yang diakibatkan oleh bahan kimia yang dipakai dalam pertanian sampai menimbulkan  korban meninggal. Hasil pengamatan penulis sementara ini menunjukkan bahwa yang menjadi sumber malapetaka dari barang-barang yang digunakan dalam pertanian adalah sikap kurang peduli orang tua tentang bahayanya barang-barang tersebut, orang tua juga jarang memberikan penjelasan kepada anak-anaknya, bahwa banyak barang-barang yang digunakan dalam pertanian, baik alat maupun bahan kimia apabila salah menggunakan dapat membahayakan bagi manusia.
Belajar dari berbagai kejadian luar biasa yang terjadi itu, rasanya kita tetap perlu mengagendakan belajar dan latihan bersama disekolah maupun di rumah mengenai bagaimana memperlakukan bahan dan alat-alat pertanian secara baik dan benar agar tidak membahayakan.  Pembelajaran mengenalkan bahan dan alat-alat berbahaya dalam dunia pertanian kepada anak tunagrahhita harus tertata dalam sebuah program khusus yang sistematis dan berkesinambungan.
Siswa tunagrahita merupakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan keterbatasan. Keterbatasan yang ia alami diantaranya adalah di dalam proses berpikir, mengurus diri, komunikasi, penyesuaian diri dan sosialisasi serta keterampilan hidup lainnya. Oleh karenanya anak tunagrahita memerlukan program pendidikan yang mampu menggali dan mengembangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut. Program pendidikan  untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri, komunikasi, sosialisasi, menggunakan waktu, keterampilan hidup sederhana, .menghindari dan mengenal bahaya dari lingkungan sekitarnya.
Kita perlu mengajarkan dan menyadarkan secara berkala tentang bagaimana memperlakukan benda-benda yang bisa menjadi sumber bahaya dan melatih anak tunagrahita agar memiliki pengetahuan dan tindakan yang standar mengenai bagaimana mengenal,  menaruh bahan dan alat-alat pertanian yang berpotensi bahaya tersebut, misalnya bagaimana menaruh golok, cangkul, zat kimia tertentu, atau pisau, dan bagaimana menggunakannya  dalam pertanian.
Agar pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran program khusus menolong diri, seperi menghindari bahaya bagi anak-anak tunagrahita dapat berjalan lancar, maka perlu dilakukan kegiatan pengumpulan data tentang kemampuan anak tersebut dalam penguasaan materi program mengenal dan menghindari bahaya. Data kemampuan awal seorang anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan untuk kegiatan penyusunan program, mengingat kemampuan setiap anak berbeda-beda. Data yang dikumpulkan meliputi kemampuan kuantitatif dan kualitatif. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui asessment.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan sebelum ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan pembelajaran program khusus mengenal dan menghindari bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian.
Permasalahan dimaksud antara lain rendahnya pengetahuan anak tunagrahita tentang bahaya dari bahan-bahan dan alat-alat pertanian apabila tidak tepat menggunakannya,  kurangnya perhatian orang tua untuk mengajarkan dan mengenalkan alat-alat dan bahan-abahan pertanian yang berbahaya kepada anak tunagrahita, belum adanya program sekolah yang focus mengajarkan program khusus mengenal bahan dan alat-alat pertanian yang berbahaya sesuai dengan kearifan local daerah pertanian di Bandung Utara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
2.      Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.

C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunaggrahita.  Sedangkan secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan :
a.         Bagaimanakah pelaksanaan asesmen awal pengenalan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya  dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.         Bagaimanakah strategi pembelajaran mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya dalam bidang pertanian kepada anak tunagrahita.


2.      Manfaat Penulisan Makalah
 Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini adalah kajian alternatif mengenai konsep pembelajaran program khusus mengenalkan alat-alat dan bahan-bahan berbahaya bbidang pertanian kepada anak tunagrahita, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
a.       Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan dalam upaya penyusunan sebuah program pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian kepada anak tunagrahita.
b.      Secara praktis penulisan makalah  ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam pembelajaran program khusus bagi anak tunagrahita  dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
c.       Menjadi acuan bagi guru-guru SLB dalam mengembangkan pembelajaran program khusus mengenalkan bahan-bahan dan alat-alat berbahaya bidang pertanian, dan pembelajaran anak tunagrahita. Menjadi bahan kajian bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memberikan pembelajaran yang efektif di lingkungan keluarga, dan menjadi salah satu masukan bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan khusus dalam pola pembelajaran program khusus anak tunagrahita.










Pengaruh Pengembangan Kurikulum terhadap Pembelajaran Anak Autis

ABSTRAK


Pengembangan kurikulum untuk pendidikan anak autis di SLB saat ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, para guru maupun kepala SLB. Kuriklum yang digunakan dalam proses pembelajaran autis di SLB Kabupaten Bandung Barat masih didominasi oleh kurikulum hasil modifikasi dari kurikulum pendidikan anak tuna Grahita yang disusun tanpa didasari oleh konsep-konsep dan teori-teori pengembangan yang telah diakui oleh kalangan pendidikan. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan guru maupun Kepala Sekolah dalam memahami konsep-konsep dan teori-teori pengembangan kurikulum yang benar, sehingga menjadi pemicu rendahnya mutu pendidikan anak autis di SLB saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dalam menangani pendidikan autis. Namun mutu pendidikan autis masih belum menunjukan peningkatan yang berarti. Dalam penelitian tesis ini penulis berupaya menyusun laporan hasil penelitian mengenai pengaruh pengembangan kurikulum terhadap efektivitas pembelajaran dan dampaknya pada terapi autis. Berdasarkan temuan berupa data-data dokumen dan hasil sebaran angket dari responden menunjukan adanya peningkatan keberhasilan terapi autis sebagai pengaruh dari pengembangan kurikulum sebesar 0,399 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,399)2 = 0,159 atau 15,9% dengan demikian berarti 15,9% terapi autis dipengaruhi oleh pengembangan kurikulum sedangkan sisanya 84,1% dipengaruhi factor lain. Keberhasilan terapi autis juga dipengaruhi oleh efektivitas pembelajaran sebesar 0,417 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,417)2 = 0,174 atau 17,4% dengan demikian berarti 17,4% terapi autis dipengaruhi oleh efektivitas pembelajaran sedangkan sisanya 83,6% dipengaruhi factor lain. Penelitian tesis ini juga menemukan bahwa pengembangan kurikulum mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran sebesar 0,620 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,620)2 = 0,385 atau 38,5% dengan demikian berarti bahwa 38,5%  efektivitas pembelajaran dipengaruhi pengembangan kurikulum, sedangkan sisanya 61,5% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sebaliknya efektivitas pembelajaran juga berpengaruh secara signifikan sebesar  0,620 poin. Koefisien determinasi (KD) (0,620)2 = 0,385 atau 38,5% dengan demikian berarti bahwa 38,5%  efektivitas pembelajaran dipengaruhi pengembangan kurikulum, sedangkan sisanya 61,5% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengembangan kurikulum dan efektivitas pembelajaran memiliki dampak yang signifikan terhadap terapi autis sebesar 0,454 poin. Koefisien determinasi (0,454)2 atau 20,6%, artinya sebesar 20,6% terapi autis dipengaruhi oleh variabel pengembangan kurikulum dan efektivitas pembelajaran secara bersama-sama sedangkan sisanya sebesar 79,4% dipengaruhi oleh faktor lain.