Minggu, 16 Oktober 2011

RPP Pendidikan Karakter SLB YPLAB Lembang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah               :  SLB YPLAB Lembang
Mata pelajaran             :  Matematika
Satuan/Jenis Kelainan :  SMALB/Tunagrahita Ringan
Kelas/Semester              :  XI/1
Pertemuan Ke.              :  1
Waktu                            :  1 x  40’

I.         STANDAR KOMPETENSI
5.   Mengenal mata uang dan penggunaanya

II.      KOMPETENSI DASAR
5.1. Menunjukkan dan menggunakan mata uang pecahan dalam kehidupan sehari-hari

III.   INDIKATOR
Kognitif
a.    Produk
1.    Menyebutkan dua jenis mata uang
2.    Membandingkan mata uang kertas dengan mata uang logam
3.    Mengurutkan nilai mata uang dari nilai mata uang ratusan, ribuan sampai dengan puluhan ribu
b.   Proses
4.    Menghitung penjumlahan uang ratusan dengan uang ribuan
       Psikomotor
5.    Mempraktekan berbelanja dengan menggunakan uang ribuan.
Afektif:
a.    Karakter
Menunjukan perilaku berkarakter, teliti, tanggung jawab dan terbuka.
b.   Keterampilan Sosial
Menunjukan kemampuan ketrampilan social, melliputi bertanya, menyumbang idea tau pendapat, menjadi pendengar yang baik, komunikasi

IV.   TUJUAN PEMBELAJARAN
a.    Produk
1.   Ditunjukkan dua jenis mata uang kertas dan logam, siswa dapat menyebutkan dua  jenis mata uang dengan benar.
            2. Setelah mengamati  kualitas dan bentuk uang logam dan kertas siswa dapat membandingkan kualitas dan bentuk uang kertas dengan logam
3. Setelah melakukan  pengelompokan mata uang puluhan, ratusan, ribuan dan puluhan ribuan siswa dapat mengurutkan nilai mata uang dari yang terkecil ke yang terbesar

b. Proses
Setelah melakukan pengelompokan  mata uang puluhan ratusan, dan ribuan siswa dapat menghitung penjumlahan mata uang ratusan dengan puluhan dan ratusan dengan ribuan.

       Psikomotor
Setelah melaksanakan diskusi dan Tanya jawab tentang penggunaan uang siswa dapat mempraktekan belanja dengan menggunakan uang  ribuan.
Afektif
a.    Karakter
Selama proses pembelajaran siswa terlibat dan dapat menunjukkan kemajuan dalam perilaku berkarakter, melliputi: Tanggung jawab dalam memegang uang untuk belanja, ketelitian, saat siswa memilih barang belanjaan, serta jujur ketika siswa mengembalikan uang kembalian sisa belanja.

b.      Keterampilan Sosial
Selama proses pembelajaran siswa terlibat dan dan dapat menunjukkan kemajuan dalam keterampilan sosial, meliputi: bertanya tentang pemanfaatn uang, menyumbang idea dalam berbelanja di koperasi sekolah, menjadi pendengar yang baik ketika guru menjelaskan tentang uang, komunikasi sesuai dengan lembar pengamatan keterampilan sosial.

V.      MATERI PEMBELAJARAN
a.    Jenis mata uang kertas dan logam
b.    Mata uang puluhan
c.    Mata uang ratusan
d.    Mata uang ribuan
e.     Mata uang puluhan ribuan

VI.   ALOKASI WAKTU
1 x 40 menit



VII.     METODE PEMBELAJARAN
a.       Diskusi
b.      Tanya jawab
c.       Demonstrasi
d.      Penugasan

VIII.  LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a.      Kegiatan awal ( +/- 5 menit)
 1.   Mengkondisikan siswa
2. Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kesenangan orang  berbelanja.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.

b.      Kegiatan Inti  (+/- 25 menit)
1.    Ditunjukkan dua jenis mata uang kertas dan logam, siswa melakukan identifikasi.
2.    Melakukan pengamatan  kualitas dan bentuk uang logam dan kertas kemudian mperbandingan kualitas dan bentuk mata uang kertas dengan uang logam
3.    Melakukan kegiatan  pengelompokan mata uang puluhan, ratusan, ribuan dan puluhan ribuan kemudian mengurutkan nilai mata uang dari yang terkecil ke nilai mata uang terbesar.
4.    Mengerjakan LKS 2 mengelompokan  mata uang puluhan ratusan, dan ribuan untuk menghitung penjumlahan mata uang ratusan dengan puluhan dan ratusan dengan ribuan.
5.    Melakukan diskusi dan Tanya jawab tentang penggunaan uang kemudian mempraktekan belanja dengan uang ribuan.

c.       Kegiatan Akhir (+/-10 menit)
1. Refleksi dengan mengulas kembali pembelajaran yang telah dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran.
2. Menarik kesimpulan dengan cara meringkas materi pembelajaran secara lisan dan diselingi dengan tanya jawab pada siswa.
3. Penugasan. Siswa diberi tugas dirumah untuk mencatat pengeluaran belanja orangtuanya dalam berbelanja kebutuhan memasak pada pagi hari

IX.   ALAT/BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
a.      Alat belajar
1.      Gambar uang kertas dan logam yang ditempelkan dalam kertas karton
2.      Uang logam dan uang kertas untuk mendemonstrasikan praktek belanja di koperasi sekolah

b.      Sumber Belajar
1. KTSP untuk SMALB tunagrahita sedang
2. Buku pelajaran Matematika untuk SD
3. Buku Pelajaran Matematika untuk SMALB Tunagrahita sedang
4. Sumber kreasi guru

X.  PENILAIAN
a.         Prosedur
1. Pre tes
2. post tes (soal terlampir)
3. Proses (soal terlampir)

b.           Jenis
1.      Lisan
2.      Tulisan
3.      Perbuatan

c.            Bentuk
1.Isian
2. Penilaian perilaku

d.      Kriteria Penilaian


 NA = Jml Skor Penilaian x 100
                                            Skor maksimal



                                                                               Bandung, 21 Agustus 2011
                                                                                          Guru Kelas



        
                                                                                Tatang, S.Pd.,M.M.Pd
                                                                           NIP. 196711082000121005                                                                         

Jumat, 09 September 2011

IMPLEMENTASI BUDIDAYA TANAMAN SECARA VERTIKULTUR DALAM PEMBELAJARAN VOKASIONAL ANAK TUNAGRAHITA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pertanian di daerah Bandung Utara  sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian di daerah Bandung Utara telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas dikarenakan lahan pertanian yang semakin sempit, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Walapun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor.
Selain menyempitnya lahan pertanian yang ada didaerah Bandung Utara, juga animo masyarakat khususnya generasi muda untuk belajar pertanian, menurun drastis. fenomena itu terlihat dengan semakin sedikitnya generasi muda yang memilih menjadi petani sebagai profesi yang membanggakan. Generasi muda lebih memilih pekerjaan-pekerjaan non formal lainnya, seperti bekerja di pabrik, dan tidak sedikit generasi muda yang memilih pekerjaan sebagai tukang ojek sebagai sandaran hidupnya.  Pertanyaan itu menjadi penting sebab jika fenomena itu terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan 5 sampai 10 tahun ke depan pembangunan pertanian akan terhenti lantaran tidak ada motor penggerak dan tulang punggung yang menopangnya. Itu artinya sebutan bangsa agraris tidak akan menjadi milik kita, lantaran tamatnya dunia pertanian.
Menurut Collier (Desiliyarni, 2005:30), “generasi muda di perdesaan enggan bertani”. Bagi mereka, menjadi petani sama halnya menjadi rakyat kelas bawah. Apalagi dengan adanya stigma miring tentang dunia pertanian yang sudah terbentuk selama berabad-abad lamanya; sebagai usaha kecil yang kumuh, penuh risiko, dan keuntungan amat kecil. Pelakunya juga tidak berdasi, bermobil, atau memiliki kantor megah
Sebelum dunia pertanian mengalami masa-masa suram, pemerintah bersama stakeholder perlu segera mengeluarkan kebijakan dan langkah-langkah strategis. Adapun langkah-langkah strategis itu meliputi, pertama, memperbaiki citra dunia pertanian terutama dikalangan pendidikan, mengenalkan pertanian kepada anak-anak mulai anak SD sampai pada perguruan tinggi, dengan terlebih dahulu menanamkan pengertian pada generasi muda bahwa dunia pertanian tidak identik dengan kelas bawah yang kumuh dan terhina. Pertanian bukan sekadar rutinitas mencangkul dan menjadi petani tidak harus miskin. Jika dikelola secara profesional dan komersial, pertanian akan menjadi pekerjaan bergengsi, selain sebagai sektor usaha yang strategis.
Mengenalkan prospek usaha tani kepada anak sekolah merupakan langkah yang tepat untuk membuka cakrawala berfikir generasi muda bahwa dunia pertanian merupakan sebuah profesi terhormat dan membanggakan. Tidak terkecuali memperkenalkan dunia pertanian kepada anak-anak berkebutuhan khusus, anak tunagrahita  sebagai bagian dari anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dimiliki menjadi tenaga kerja semi skilled seperti pekerjaan laundry, peternakan, pertanian pekerjaan rumahtangga, bahkan jika dibimbing dengan baik dapat bekerja di pabrik pabrik dengan sedikit pengawasan.
Guna menarik animo dan antusiasme anak tunagrahita dalam bidang pertanian harus ada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dan menarik yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan  karakteristik dari anak tunagrahita, misalnya memperkenalkan budidaya pertanian dengan teknik vertikultur, teknik budidaya pertanian ini sangat cocok dilatihkan kepada anak tunagrahita karena selain tidak memerlukan lahan pertanian yang luas juga tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 
Pendidikan pertanian dengan teknik vertikultur memang harus dihidupkan dalam pembelajran anak tunagrahita yang dalam keseharian berada pada lingkungan pertanian, demi mewujudkan kemandirian masa depan mereka dan ketahanan pangan kita. Upaya itu tentunya tidak cukup dengan instruksi atau ajakan, tetapi perlu gerakan dan langkah nyata antara pemerintah, dunia pendidikan pada level pendidikan luar biasa, dan masyarakat. Pemerintah sebagai pembuat sekaligus pemegang kebijakan (policy maker), perlu membuat kebijakan yang berpihak pada pertanian, Sekolah Luar biasa menjadi pusat pembinaan anak-anak luar biasa agar dapat menatap masa depannya  dengan cerah dan mandiri,  sedangkan masyarakat mendukung dan mengapresiasikannya secara positif. Dengan adanya relasi dan timbal balik itu, pendidikan pertanian pada anak tunagrahita diharapkan bisa memberikan bekal vokasional yang memadai dalam menyongsong kehidupannya dimasa yang akan dating

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan sebelum ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita.
Permasalahan dimaksud antara lain rendahnya kualitas pembelajaran vokasional dalam menciptakan kemandirian anak tunagrahita,  sekolah kurang terfokus dalam menggali kearifan local yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran vokasional bagi anak tunagrahihta yang dikarenakan kurang kreatifnya guru dan pihak sekolah lainnya untuk menyusun sendiri program vokasional yang lebih sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak tunagrahita.
Kewenangan sekolah dalam mengembangkan program vokasional bagi anak tunagrahita seharusnya tidak hanya diwujudkan pada pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran kurikulum tetapi harus diwujudkan dalam menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang lebih dibutuhkan oleh anak tunagrahita.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Bagaimanakah Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
2.      Bagaimanakah peran serta guru, orang tua, dan stakeholder lain dalam pengembangan pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
3.      Bagaimanakah factor pendukung  dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita




C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita.  Sedangkan secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan :
a.         Bagaimanakah Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
b.        Bagaimanakah peran serta guru, orang tua, dan stakeholder lain dalam pengembangan pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita
c.         Bagaimanakah factor pendukung  dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Strategi pembelajaran budidaya tenaman dengan teknik vertikultur diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita

2.         Manfaat Penulisan Makalah
 Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini adalah kajian alternatif mengenai konsep implementasi strategi pembelajaran budidaya tanaman secara vertikultur dalam pembelajaran vokasional pada peserta didik tunahrahita, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
a.       Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan dalam upaya penyusunan sebuah program pengembangan vokasional pertanian dengan teknik vertikultur bagi anak tunagrahita dan peningkatan mutu pendidikan luar biasa.
b.      Secara praktis penulisan makalah  ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam merumuskan sebuah program pembelajaran vokasional dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
c.       Menjadi acuan bagi guru-guru SLB dalam mengembangkan program vokasional pertanian, dan pembelajaran anak tunagrahita. Menjadi bahan kajian bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memberikan pembelajaran yang efektif di lingkungan keluarga, dan menjadi salah satu masukan bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan khusus dalam pola pembelajaran vokasional anak tunagrahita.